Mari berkenalan dengan Dirgawira!
Dirgawira merupakan nama dari maskot Desa Manggihan yang berbentuk gajah dan memiliki warna hijau muda. Nama ini tidak dipilih secara sembarangan. Kata Dirga dalam bahasa Sanskerta bermakna tinggi, besar, dan agung, sedangkan Wira berarti ksatria. Gabungan keduanya menghadirkan makna seorang ksatria yang perkasa, teguh, dan abadi. Dengan demikian, Dirgawira dihadirkan sebagai simbol kekuatan yang tidak hanya gagah secara fisik, tetapi juga luhur dalam sikap dan budi pekerti.
Pemilihan nama Dirgawira juga erat kaitannya dengan kondisi geografis Desa Manggihan. Desa ini dikelilingi oleh gunung-gunung besar yang menjulang tinggi, yaitu Gunung Gajah, Gunung Merbabu, dan Gunung Telomoyo. Kehadiran gunung-gunung tersebut memberikan gambaran tentang kemegahan dan kekuatan alam yang menaungi kehidupan masyarakat sekitar. Dari sanalah lahir harapan bahwa Dirgawira dapat mewarisi sifat-sifat agung gunung: kokoh, melindungi, dan menjadi penjaga keseimbangan. Dirgawira diharapkan mampu menjadi simbol penjaga kerukunan, ketertiban, dan kenyamanan bagi masyarakat Desa Manggihan, sebagaimana gunung menjaga harmoni alam di sekitarnya.
Ciri khas Dirgawira terletak pada telinganya yang unik, berbentuk daun berjumlah empat. Tak berhenti di situ, pada hiasan kepalanya juga terdapat dua daun tambahan. Enam daun ini bukan sekadar ornamen, melainkan lambang dari enam dusun yang ada di Desa Manggihan yaitu Dusun Manggihan, Dusun Manggiharjo, Dusun Sengon, Dusun Seturun, dan Dusun Gowongan. Hal ini menggambarkan bahwa Dirgawira hadir sebagai representasi seluruh masyarakat desa, tanpa terkecuali.
Bentuk daun dipilih karena daun melambangkan kehidupan, pertumbuhan, dan kesejukan, sekaligus menandakan bahwa Desa Manggihan kaya akan potensi alam nya. Dengan telinga daun, Dirgawira seolah memperlihatkan kesiapannya untuk mendengar aspirasi dan suara masyarakat dari setiap dusun, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya hidup rukun dan saling menopang satu sama lain.
Tidak kalah penting, Dirgawira mengenakan pakaian bermotif batik Sidomukti. Batik ini memiliki filosofi yang dalam. Kata Sido berarti “jadi” atau “terwujud”, sementara Mukti berarti kebahagiaan, kemuliaan, atau kebebasan sejati. Dengan demikian, motif Sidomukti membawa doa dan harapan agar pemakainya dapat meraih kehidupan yang penuh kebahagiaan lahir batin, tercapai segala cita-cita, serta memperoleh keselamatan dan kemuliaan.
Motif Sidomukti juga sering digunakan dalam momen-momen penting seperti pernikahan, upacara adat, hingga acara resmi sebagai lambang keberkahan. Pada batik ini, pola geometrisnya tersusun rapi dan harmonis, melambangkan keteraturan hidup, keteguhan, serta komitmen untuk selalu berada pada jalan yang benar. Ketika dipakai oleh Dirgawira, Sidomukti bukan hanya sekadar pakaian, melainkan sebuah pesan moral, bahwa setiap masyarakat Desa Manggihan harus bekerja dengan penuh ketekunan, menjunjung etika, serta memberikan kontribusi nyata yang bermanfaat bagi sekitar.
Dengan filosofi tersebut, Dirgawira hadir bukan hanya sebagai maskot yang gagah dan menarik secara visual, tetapi juga sebagai simbol perjuangan, pengabdian, dan harapan. Ia menjadi gambaran ksatria hijau yang siap menjaga keharmonisan Desa Manggihan, mengingatkan pentingnya kebersamaan enam dusun, serta membawa semangat Sidomukti yang sarat doa dan kebajikan.
